![]() |
Sego Leye disajikan bersama sayur lumbu (daun talas muda yang dimasak santan), ikan asin. |
Wonosobo Media - Kalau bicara soal kuliner Wonosobo, banyak orang langsung teringat mi ongklok atau tempe kemul.
Tapi tahukah kamu, ada satu makanan tradisional yang diam-diam mulai naik daun kembali?
Namanya Sego Leye, nasi dari singkong yang dulu sempat dianggap makanan rakyat kecil, kini justru dicari karena dianggap lebih sehat dan ramah lingkungan.
Apa Itu Sego Leye?
Sego Leye adalah kuliner tradisional khas Wonosobo yang berbahan dasar singkong. Dalam bahasa Jawa, "leye" merujuk pada singkong yang sudah diproses.
Alih-alih nasi putih dari beras, Sego Leye hadir dengan tekstur kasar dan warna kecokelatan, tetapi tetap mengenyangkan.
Makanan ini dulunya dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan sebagai pengganti nasi saat masa-masa sulit. Tapi sekarang, justru jadi simbol makanan sehat dan warisan budaya yang bernilai tinggi.
Proses Pembuatan yang Alami
Proses membuat Sego Leye tidak sembarangan. Singkong yang sudah tua dikupas dan dicuci, lalu direndam selama beberapa hari untuk menghilangkan racun alami (seperti sianida) yang terkandung di dalamnya.
Setelah direndam, singkong dikeringkan di bawah sinar matahari, kemudian dihancurkan dan dikukus hingga teksturnya menyerupai nasi.
Proses ini bisa memakan waktu hingga beberapa hari salah satu bukti bagaimana makanan tradisional tak pernah lepas dari ketelatenan.
Kaya Gizi dan Aman untuk Diet
Selain unik, Sego Leye ternyata juga bergizi. Kandungan karbohidrat kompleks yang tinggi membuatnya cocok sebagai sumber energi harian.
Belum lagi kandungan serat, vitamin C, dan mineral seperti kalsium dan fosfor yang ada di dalam singkong.
Tak heran jika Sego Leye mulai diminati sebagai pilihan menu diet atau makanan sehat bebas gluten.
Beberapa ahli gizi bahkan menyarankan makanan ini bagi mereka yang sedang menjalani pola makan rendah gula, penderita diabetes, atau yang ingin menurunkan berat badan dengan cara alami.
Menu Tradisional yang Makin Modern
Biasanya, Sego Leye disajikan bersama sayur lumbu (daun talas muda yang dimasak santan), ikan asin goreng, sambal gosreh, atau tempe gembus khas Wonosobo.
Perpaduan rasa gurih, pedas, dan aroma khas singkong menjadikannya sajian yang sederhana namun nagih.
Kini, beberapa kafe dan warung tradisional di Wonosobo mulai memasukkan Sego Leye dalam daftar menu di kedai nya lho.
Bahkan ada juga komunitas pecinta pangan lokal yang mengangkat kembali kuliner ini sebagai simbol ketahanan pangan daerah.
Menghidupkan Kembali Warisan Leluhur
Sego Leye adalah bukti bahwa makanan sederhana bisa punya makna besar.
Ia bukan sekadar kuliner, tapi bagian dari identitas budaya masyarakat Wonosobo.
Dalam dunia yang makin modern, Sego Leye memberi kita pelajaran penting tentang menghargai hasil bumi sendiri, tentang kesederhanaan, dan tentang keberlanjutan.
Di tengah maraknya makanan cepat saji dan tren kuliner global, Sego Leye tampil sebagai bintang dari masa lalu yang siap bersinar kembali.
Rasanya yang khas, proses pembuatannya yang alami, serta manfaat kesehatannya menjadikannya salah satu kuliner lokal yang patut dijaga dan dilestarikan.
Kalau kamu mampir ke Wonosobo, jangan hanya cari mi ongklok ya.
Sekali-kali coba juga Sego Leye si nasi singkong yang bukan cuma sehat, tapi juga penuh cerita.