• Jelajahi

    Copyright © Wonosobo Media
    Wonosobo Media Network

    news google

    Iklan

    Kopi Gunung Windu: Warisan Rasa dari Lereng Wonosobo yang Bikin Nagih

    , 11.47 WIB
    KedaiKlenik | Madu Murni Indonesia

     

    Kopi Gunung Windu: Warisan Rasa dari Lereng Wonosobo yang Bikin Nagih
    Kopi Gunung Windu: Warisan Rasa dari Lereng Wonosobo yang Bikin Nagih

    Wonosobo Media - Kalau dengar kata Wonosobo, sebagian besar orang mungkin langsung kepikiran Dieng, kentang, atau tempe kemul. 


    Padahal, di balik itu ada satu harta karun lain yang diam-diam bikin banyak lidah jatuh cinta: Kopi Gunung Windu. 


    Bukan, ini bukan kopi yang bisa bikin orang mendadak jadi sakti mandraguna, tapi percayalah rasanya bisa bikin hati hangat, bahkan ketika hidupmu sedang dingin-dinginnya.


    Dari Lereng Windusari, dengan Cinta


    Kopi ini lahir dari sebuah desa bernama Windusari, Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo. Bayangkan suasana: hamparan hijau kebun kopi, udara segar, dan sinar matahari yang nggak nyakitin kulit. 


    Nah, di sanalah biji-biji robusta Gunung Windu tumbuh dengan penuh perhatian, dirawat turun-temurun oleh para petani yang lebih setia daripada sebagian pasangan di dunia ini.


    Sejak generasi pertama, kopi ini bukan cuma jadi mata pencaharian, tapi juga bagian dari identitas desa. Setiap cangkirnya adalah potongan kecil dari sejarah panjang masyarakat Windusari. 


    Jadi, minum kopi ini bukan sekadar ngopi, tapi ikut meneguk cerita panjang perjuangan keluarga-keluarga petani.


    Rasa yang Bukan Kaleng-Kaleng


    Kalau soal rasa, jangan tanya lagi. Robusta Gunung Windu ini lembut, tapi tetap punya karakter kuat. Ada sensasi rempah-rempah tipis yang bikin unik, semacam “sentuhan misterius” yang bikin orang penasaran. Bukan pahit yang bikin manyun, tapi pahit yang justru bikin kangen. Pokoknya, sekali coba, susah move on.


    Kedai Joglo: Ngopi Sekaligus Menyerap Budaya


    Yang bikin makin keren, ada sebuah kedai kopi berbentuk joglo di tengah desa ini. Ibaratnya, tempat ini bukan sekadar warung kopi, tapi semacam museum hidup: atap tinggi khas Jawa, tiang-tiang kayu kokoh, dan suasana hangat yang bikin pengunjung betah berlama-lama.


    Sosok di balik semua ini adalah Pak Sutikno, generasi kelima petani kopi Windusari. Alih-alih sekadar menjual kopi, beliau membuka kedai ini untuk mengajak orang-orang merasakan nuansa kopi Windusari baik dari segi rasa, maupun kisah panjangnya. 


    Seperti dilansir redaksi Wonosobo Media dari laman resmi ikmwonosobo.com, kata beliau, “Saya ingin orang merasakan keindahan kopi Windusari, bukan hanya rasanya yang istimewa, tetapi juga kisahnya.” Nah, ini baru yang namanya ngopi sambil tercerahkan.


    Bukan Cuma Minuman, tapi Warisan


    Buat masyarakat Windusari, kopi bukan sekadar sumber ekonomi. Ia adalah bagian dari budaya, cara menjaga kebersamaan, bahkan pintu untuk memperkenalkan desa kecil mereka ke dunia yang lebih luas.


    Kedai joglo pun jadi semacam “markas besar” komunitas, tempat orang-orang kumpul, ngobrol, tukar cerita, hingga merancang masa depan kopi Windusari. 


    Dari sinilah nama Kopi Gunung Windu pelan-pelan dikenal, bukan hanya di Wonosobo, tapi juga di panggung nasional.


    Jadi, Kapan Main ke Windusari?


    Kalau kamu pecinta kopi sejati (atau sekadar cari alasan kabur dari rutinitas kota), mampirlah ke Windusari. Rasakan sendiri atmosfer kedai joglo, hirup aroma kopi robusta, dan nikmati cerita panjang yang menyatu di setiap tegukan.


    Karena pada akhirnya, kopi itu bukan cuma soal rasa. Ia adalah medium untuk mengikat kenangan, menyatukan orang-orang, dan (siapa tahu) jadi alasan kenapa kamu betah berlama-lama di Wonosobo.

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    iklan mgid

    Yang Menarik

    +