• Jelajahi

    Copyright © Wonosobo Media
    Wonosobo Media Network

    news google

    Iklan

    Kopi Arabica Bismo: Secangkir Rasa dari Lereng Gunung yang Bikin Betah Nongkrong

    , 19.57 WIB
    KedaiKlenik | Madu Murni Indonesia

     

    Kopi ini bukan cuma soal rasa, tapi juga soal perjalanan panjang, tradisi, dan kisah para petani di lereng Gunung Bismo.
    Kopi Arabica Bismo: Secangkir Rasa dari Lereng Gunung yang Bikin Betah Nongkrong

    Wonosobo Media - Kalau ngobrol soal minuman paling populer di dunia, biasanya dua nama yang muncul: teh dan kopi. 


    Nah, khusus kopi, ada satu jenis yang belakangan jadi primadona kopi arabica. 


    Dari sekian banyak jenis arabica di Indonesia, ada satu yang punya cerita unik sekaligus rasa yang bikin nagih: kopi arabica Bismo dari Wonosobo.


    Kopi ini bukan cuma soal rasa, tapi juga soal perjalanan panjang, tradisi, dan kisah para petani di lereng Gunung Bismo.


    Jadi, kalau kamu selama ini cuma kenal “kopi sachet + WiFi gratis” di kafe-kafe kota, siap-siap kaget. Karena kopi Bismo punya identitas sendiri.


    Jejak Panjang Kopi Bismo di Lereng Gunung


    Di desa Slukatan, Wonosobo, kopi bukan sekadar tanaman. Ia sudah jadi bagian dari kehidupan warga sejak beberapa dekade lalu. 


    Bayangkan saja, generasi demi generasi di lereng Gunung Bismo merawat pohon kopi layaknya merawat anak sendiri.


    Setiap biji yang dipetik bukan cuma soal bisnis, tapi juga warisan keluarga. Inilah yang bikin kualitas kopi arabica Bismo tetap terjaga.


    Dari pemilihan bibit, cara merawat, sampai proses pasca panen semuanya dilakukan dengan telaten. Tidak ada yang instan, apalagi asal-asalan.


    Rasa yang Susah Dicari Duanya


    Kopi arabica Bismo dikenal punya karakter unik: lembut tapi tetap pekat, aromanya kaya, dengan sentuhan manis ringan dan rempah-rempah hangat. 


    Kalau orang bilang “kopi ini ada jiwanya”, mungkin itu yang dimaksud.


    Beda dengan kopi robusta yang kadang terlalu “nendang” di perut, arabica Bismo lebih ramah. 


    Rasanya balance, enak diminum santai, tapi tetap bisa bikin melek kalau lagi lembur.


    Satu Cangkir = Satu Cerita


    Yang bikin kopi Bismo makin menarik bukan cuma rasa, tapi juga kisah di balik setiap cangkirnya. 


    Saat menyeruput kopi ini di kedai lokal Wonosobo, kamu sebenarnya sedang menikmati cerita panjang dari para petani yang dengan sabar merawat tanaman kopi di lereng gunung.


    Ada kerja keras, ada cinta, ada tradisi. Jadi, minum kopi Bismo itu rasanya kayak diajak ngobrol hangat sama sejarah.


    Harapan yang Terus Diseduh


    Kini, kopi arabica Bismo mulai dikenal lebih luas. Bukan cuma di Wonosobo, tapi juga di berbagai daerah di Indonesia. 


    Semangat para petani dan dukungan pengusaha lokal bikin harapan itu makin besar: kopi Bismo jadi ikon kopi arabica dari Jawa Tengah.


    Dan yang paling menarik, ketika tren kafe modern makin menjamur, kopi Bismo tetap teguh dengan identitasnya: sederhana, tradisional, tapi berkelas.


    Kalau kebetulan mampir ke Wonosobo, jangan cuma ke Dieng. Sempatkan juga datang ke desa Slukatan, dan coba langsung kopi arabica Bismo di tempat asalnya.


    Karena, percayalah, kopi ini bukan sekadar soal rasa. Ia adalah cerita, sejarah, dan budaya yang hidup di balik setiap tetesnya.


    Jadi, lain kali ada yang tanya “ngopi di mana enak?”, jawab saja: “Coba kopi arabica Bismo, rasanya beda, ceritanya juga panjang.”***

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    iklan mgid

    Yang Menarik

    +