• Jelajahi

    Copyright © Wonosobo Media
    Wonosobo Media Network

    Iklan

    Perang Sepehi dan Jembatan Kali Gajahwong

    , 14.30 WIB
    KedaiKlenik | Madu Murni Indonesia

     


    Perang Sepehi dan Jembatan Kali Gajahwong*

    “Babad Sepehi” adalah karya sejarah paling otoritatif untuk membahas Perang Sepehi dan tokoh-tokoh yang terlibat di dalamnya.


    Mulai Tumenggung Jayawinata, Tumenggung Jayaningrat, Tumenggung Sumodiningrat, Sultan Hamengkubuwono II, Pangeran Prangwedono (kelak menjadi Mangkunegara II), hingga gerombolan Inggris seperti Raffles, Gilespie, Crawfurd, dan lainnya. 


    Nama-nama mereka jelas disebutkan, di mana mereka berunding, titik-titik kota Yogyakarta bagian mana yang mereka serang, serta benteng kraton bagian mana yang mereka hancurkan. Rinci sekali.


    “Babad Sepehi” ditulis oleh Pangeran Mangkudiningrat, anak Sultan Hamengkubuwono II, yang memang langsung berada di tengah-tengah pertempuran. 


    Bahkan diceritakan di sana bagian lengannya terluka akibat terkena pecahan peluru. Jadi, “Babad Sepehi” merupakan sumber sangat-sangat sahih di dalam sejarah yang ditulis oleh sang pelaku sejarah, Pangeran Mangkudiningrat, pada Selasa, 20 Rabi’ul Awal 1228 H tahun Ehe atau 23 Maret 1813. 


    Persis kurang dari setahun setelah Perang Sepehi. Babad ini sangat-sangat primer untuk berbicara tentang Geger Sepehi dan orang-orang yang terlibat di dalamnya, baik dari pihak Keraton Yogyakarta maupun dari pihak Inggris.


    Ada salah satu cerita rinci tentang riwayat ketika Pasukan Keraton Yogya menghalangi pergerakan pasukan Inggris dengan menyergap dan membakar jembatan. 


    Danureja, Sindureja, Martalaya, dan seluruh pasukan mereka melakukan penghadang pasukan Inggris (pupuh II, pada 3-5).


    Jembatan mana yang dimaksud? Jadi saat itu ada surat Komandan Pasukan Inggris kepada Raffles yang menjelaskan bahwa pasukan Inggris-India bergerak dari Klaten ke Yogyakarta antara 17-19 Juni 1812.


    Di tengah perjalanan, mereka diserang oleh pasukan yang dikirim oleh Sultan Hamengku Buwono II. 


    Salah satu penyergapan terjadi di jurang Kali Gajahwong, daerah Papringan (sekarang daerah di dekat Ambarukmo). 


    Pasukan Sultan HB II memotong jalur jalan, dan kemudian pasukan yang dipimpin oleh Raden Riyo Sindureja menyergap dari berbagai arah. Pasukan Inggris saat itu mengalami kekalahan: 5 meninggal dunia dan 13 terluka parah.


    Jadi, sangat-sangat aneh bila hari ini ada yang berbicara tentang tokoh panglima Perang Sepehi, namun, riwayat yang disampaikan justru bertolak-belakang dengan sumber primer yang kini menjadi arsip penting Karaton Yogyakarta Hadiningrat.


    Gambar pelengkap ini diambil dari jembatan Kali Gajahwong. 


    Tepat di sisi selatan Museum Affandi. Kira-kira di tempat inilah sekira 200-an tahun lalu pernah terjadi peristiwa sebagaimana diceritakan di atas.


    Jadi ketika kami berbicara tentang Perang Sepehi, kami merasa sangat dekat dengan kejadian. Karena kami membaca sumber primernya dan langsung menapaktilasi lokasi-lokasi kejadiannya.


    Untuk semua pasukan dan warga Yogyakarta yang syahid pada peristiwa Perang Sepehi, Alfatihah...

    *M Yaser A.

    (Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    Yang Menarik

    +