• Jelajahi

    Copyright © Wonosobo Media
    Wonosobo Media Network

    Iklan

    Mencoba Sajian Kuliner Khas Solo, Dari Selat Hingga Sate yang Unik!

    , 14.32 WIB
    KedaiKlenik | Madu Murni Indonesia
    Selat Solo, kuliner khas Solo
    Salah satu sajian kuliner khas Solo yang wajib dicoba ketika liburan tiba.


    Wonosobo Media - Solo tidak pernah menawarkan gegap gempita. Kota ini menyambut dengan pelan.


    Lewat senyum penjual warung, uap kuah yang naik perlahan, dan rasa yang tidak meledak, tapi menetap. 


    Di kota ini, makanan bukan sekadar urusan perut. Ia adalah cara orang-orang menjaga ingatan, merawat tradisi, dan meneruskan cerita lintas generasi.


    Liburan akhir tahun di Solo bukan tentang berburu tempat mewah, melainkan menepi sejenak, lalu makan dengan sungguh-sungguh.


    Berikut beberapa tempat makan legendaris di Solo yang bukan cuma mengenyangkan, tapi juga mengajak kita memahami watak kota ini: sabar, bersahaja, dan setia pada rasa.


    Timlo: Sup Bening yang Menenangkan Pikiran


    Di Solo, ada sup bening yang rasanya seperti nasihat orang tua: tidak keras, tapi menenangkan. 


    Timlo hadir dengan kuah ringan, isian sederhana, dan aroma yang tidak memaksa.


    Sajian kuliner satu ini cocok dimakan pagi hari, saat kota masih pelan bergerak, atau siang hari ketika tubuh butuh jeda.


    Timlo bukan soal kejutan rasa. Kuliner ini berkisah tentang keseimbangan bahwa kelezatan tidak selalu harus ribut.


    Soto Solo: Hangat yang Tidak Pernah Berisik


    Soto di Solo tidak gemuk, tidak pula berlebihan. Kuahnya jernih, isinya rapi, dan aromanya sopan. 


    Sajian kuliner satu ini menggambarkan seperti warga Solo itu sendiri: tidak suka menonjol, tapi selalu dirindukan.


    Soto ini biasanya disantap cepat, tapi dikenang lama. Apalagi jika dimakan di warung yang kursinya sudah tua, tapi pelanggannya lintas generasi.


    Tengkleng: Kesabaran yang Direbus Lama


    Berbeda dengan sup lain, tengkleng menuntut kesabaran ketika menghasilkan sajian yang nikmat dan khas.


    Dari hasil tulang kambing direbus lama, berkolaborasi dengan rempahnya meresap pelan, dan dagingnya harus diambil dengan tangan yang tidak tergesa.


    Makan tengkleng bukan cuma urusan rasa, tapi sikap: menikmati sesuatu yang tidak instan, yang perlu waktu untuk benar-benar terasa.


    Sate Buntel: Lemak yang Jujur


    Di Solo, lemak tidak disembunyikan. Sate buntel membungkus daging cincang dan lemak kambing dalam balutan yang jujur, lalu dibakar perlahan. 


    Aromanya kuat, rasanya penuh, dan kuliner ini tidak berpura-pura menjadi makanan ringan.


    Ini hidangan yang mengajarkan bahwa kenikmatan kadang memang harus diterima apa adanya.


    Selat Solo: Perjumpaan Dua Dunia


    Selat Solo sering disebut steak versi Jawa, tapi sebetulnya ia lebih dari itu. Sajian kuliner satu ini adalah pertemuan rasa Barat dan Jawa yang berdamai.


    Daging, sayur, kuah manis, dan sentuhan lokal berpadu tanpa saling menyingkirkan.


    Selat Solo adalah bukti bahwa identitas tidak selalu lahir dari penolakan, tapi dari pertemuan yang lentur.


    Tahu Kupat: Kesederhanaan yang Konsisten


    Tahu, ketupat, kecambah, dan siraman kecap. Tidak ada yang mewah, tapi justru di situlah kekuatannya. Tahu kupat adalah makanan yang tidak pernah mencoba menjadi lain dari dirinya.


    Tetapi kuliner satu ini jelas mengenyangkan, murah, dan setia seperti banyak hal baik dalam hidup yang sering kita anggap remeh.


    Es Dawet: Penutup yang Mengembalikan Senyum


    Setelah semua rasa gurih dan hangat, Solo menawarkan penutup yang manis dan menenangkan. 


    Dawet dengan santan dan gula merah bukan hanya pelepas dahaga, tapi juga penutup percakapan yang pas.


    Minuman ini tidak dingin berlebihan. Es dawet ini menyegarkan tanpa mengejutkan, seperti cara Solo mengantar orang pulang.


    Solo Tidak Menjual Sensasi, Tapi Ketulusan


    Kuliner Solo tidak dirancang untuk viral. Kota Solo bertahan karena konsisten, karena dirawat, dan sebab dimasak dengan kesabaran yang sama selama puluhan tahun.


    Datang ke Solo saat liburan akhir tahun, lalu makanlah dengan pelan. Dengarkan cerita di balik tiap piring. 


    Sebab, di kota ini, rasa adalah cara paling jujur untuk memahami kehidupan.

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    iklan mgid

    Yang Menarik

    +