• Jelajahi

    Copyright © Wonosobo Media
    Wonosobo Media Network

    Iklan

    Tiwul Makanan Langka Yang Ngangenin

    , 20.22 WIB
    KedaiKlenik | Madu Murni Indonesia

    Singkong sudah menjadi makanan sehari-hari dari jaman dulu di berbagai wilayah indonesia salahsatunya di olah menjadi Tiwul, atau thiwul adalah makanan pokok pengganti nasi beras yang dibuat dari ketela pohon atau singkong. Penduduk Wonosobo, Gunungkidul, Wonogiri, Pacitan dan Blitar dikenal mengonsumsi jenis makanan ini sehari-hari.
    Tiwul dibuat dari gaplek. Sebagai makanan pokok, kandungan kalorinya lebih rendah daripada beras namun cukup memenuhi sebagai bahan makanan pengganti beras. Tiwul dipercaya mencegah penyakit maag, perut keroncongan, dan lain sebagainya.bahkan sekarang tiwul dibuat jadi tiwul instan.

    Dari Wonosobo, Kebumen, Banyumas dan Cilacap dikenal penganan serupa yang disebut oyek. Meskipun sama-sama berasal dari gaplek, kedua jenis makanan ini berbeda dalam proses pembuatannya, sehingga rasanya pun sedikit berbeda.
    Banyak orang Jawa masa kini mungkin tidak mengenal tiwul, karena perkembangan makanan masa kini yang sudah sangat pesat dan banyak pengaruh budaya dari luar. Tapi seperti apa sejarah makanan bernama tiwul ini?

    Tiwul adalah makanan tradisional asli Indonesia yang dulu sempat menjadi makanan pokok pengganti nasi beras, seperti dilansir dari Wikipedia. Tiwul dibuat dari gaplek, yaitu singkong yang sudah dikeringkan dan dikukus. Masih banyak orang dari daerah Wonosobo, Gunungkidul, Wonogiri, Pacitan dan Blitar yang saat ini mengonsumsi tiwul meski bukan lagi menjadi makanan pokok.
    Tidak diketahui secara pasti kapan tiwul mulai dibuat, namun tiwul menjadi makanan pokok sebagian besar rakyat Jawa pada masa penjajahan Jepang. Pada saat itu bahan makanan yang layak seperti nasi beras sangat sulit didapat dan tak mampu dibeli, pada akhirnya rakyat mencari bahan makanan alternatif pengganti nasi.

    Karena hasil kebun yang paling mudah ditanam dan dipanen tanpa membutuhkan perawatan khusus adalah singkong, maka muncullah berbagai olahan makanan berbahan dasar singkong, termasuk tiwul. Singkong bukan hanya sangat murah dan mudah didapat saat itu, tapi juga bisa disimpan dalam waktu sangat lama dan mengenyangkan. Bahkan beberapa makanan terbuat dari singkong yang sudah dijemur, dikeringkan dan berjamur disebut gatot. Oleh karena itu, singkong menjadi satu-satunya bahan pangan utama yang dimiliki pada saat itu.
    Singkong memiliki kalori lebih rendah daripada nasi beras namun memiliki serat lebih banyak, sehingga mengenyangkan dalam waktu lama. Saat ini pun masih ada banyak yang menjual tepung gaplek atau tepung tiwul di pasaran, bisa juga menggunakan tepung tapioka jika ingin membuatnya.

    Jadi, seperti itulah sejarah adanya tiwul. Tiwul lebih gurih jika diberi tambahan parutan kelapa, bisa diolah dengan menambahkan sedikit garam jika ingin gurih, atau ditambahkan gula jika ingin dijadikan camilan manis.
    Nama tiwul identik dengan kemiskinan dan kelaparan. Tapi jajanan ndeso berbahan singkong ini masih jadi favorit banyak orang.

    Mendengar tiwul mungkin ada yang langsung membayangkan buliran-buliran singkong kasar warna cokelat dengan rasa manis gula merah. Tapi tiwul yang sebenarnya terasa hambar. Ini karena tiwul dijadikan makanan pokok pengganti nasi pada jaman penjajahan.

    Untuk versi manisnya, tiwul ditambahkan gula merah dan daun pandan. Makin enak dinikmati dengan kelapa parut yang rasanya gurih. Tiwul versi manis bisa didapat di penjual jajanan pasar pagi wonosobo ataupun pasar setan di desa garung yang buka tiap pagi subuh dan tutup menjelang pukul 7 pagi. dan ada yang masih menjajakannya dengan gendongan ataupun gerobak.

    Jika ingin membuat tiwul sendiri, hati-hati dalam proses penjemuran singkong. Pasalnya penjemuran yang tidak benar-benar kering berisiko menumbuhkan jamur Aspergitus flavus yang sebabkan keracunan.
    Racun dalam tiwul disebabkan kandungan asam sianida. Biasanya singkong yang sudah terinfeksi memiliki rasa yang pahit dan warna pada pangkalnya berubah kebiru-biruan. Jika terdapat singkong seperti itu, sebaiknya jangan dikonsumsi.
    jadi kalo berkunjung ke wonosobo atau dieng sempatkan mencari kuliner yang satu ini agar bisa menghilangkan rasa penasaran. 
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    Yang Menarik

    +