Bila para pembaca Wonosobo Media
berkunjung ke Wonosobo dan bakal berwisata ke dieng via Wonosobo akan mengalami
dan menemukan hal yang menarik diperjalanan. Bakal menemukan hal baru tentunya
ketika melewati Kampus 2 UNSIQ Jawa Tengaah di Wonosobo ini. Iya, benar bakal
menemukan Masjid baru Kampus 2 Unsiq Wonosobo yang telah diresmikan pada Kamis
29 April 2021 lalu. Masjid yang dibangun di lahan seluas 3.227 meter persegi
itu menjadi masjid terbesar di Wonosobo dan sekaligus digadang-gadang menjadi
destinasi wisata religi.
Masjid yang dibangun dalam kurun
waktu dua tahun, dua bulan dan 22 hari sejak peletakan batu pertama itu
mengusung gaya dan arsitektur gabungan dari Masjid Nabawi, Andalusia, Turki,
dan Jawa. Masjid ini didirikan di komplek Kampus 2 Unsiq di Jl Raya Dieng,
Krasak, Mojotengah Wonosobo.
Masjid dengan nama Baitul Qur’an KH.
Muntaha Al Hafidz itu diresmikan oleh Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat bersama
jajaran Forkompimda, pimpinan Yayasan Pendidikan Ilmu-ilmu Al Qur’an (YPIIQ),
dan Rektor Unsiq.
Masjid yang megah ini arsitekturnya memadukan ornamen klasik dan
modern dan menghabiskan anggaran Rp 15 miliar. Masjid berlantai tiga ini,
rencananya di lantai bawah akan dijadikan sebagai pujasera atau aktifitas
ekonomi, kemudian untuk lantai 2 untuk tempat ibadah dan lantai 3 untuk ruang
serbaguna dan lantai 4 sebagai laboratorium atau museum Al Quran Akbar karya
civitas akademika Unsiq.
Baitul Qur’an KH. Muntaha Al Hafidz ini diharapkan dapat menjadi
tempat wisata religi dan mampu membangun transformasi sosial untuk menciptakan
masyarakat yang humanis berbasis nilai-nilai Al Quran. Masjid baru ini harus
dapat menghidupkan suasana daerah yang damai, aman dan ayem tentrem. Baldatun
tayyibatun wa rabbun ghofur. Dapat pula menjadi tempat destinasi baru
wisata Al Quran di daerah ini.
Tak hanya menjadi masjid terbaik dan terbesar di Wonosobo. Masjid
ini juga tidak sekadar menjadi tempat ibadah bagi kalangan kampus tapi juga
bisa dimanfaatkan masyarakat umum. Spirit riligius dari masjid ini diharapkan
bisa menjadi vitamin jasmaniah dan ruhaniah bagi negara, generasi masa depan
Indonesia dan masyarakat secara luas.
Sebagaimana orang Jawa sebelum beribadah dan telah mampu beribadah
di masjid, sebenarnya tahapan awalnya ya di langgar-langgar atau surau sekitar
dan masjid adalah bagian ketika dikira telah baligh dan mampu baru saba ke masjid.
Di langgar tak hanya sebagai tempat beribadah saja tetapi untuk ngaji, ‘bermain’
jadi peradaban langgar memang asyik sebelum nanti ketika telah beranjak dewasa
telah cukup dan mampu untuk ikut nguri-uri di masjid, terkait peradaban langgar
dan masjid lain waktu boleh lah kita ulas lebih mendalam.