• Jelajahi

    Copyright © Wonosobo Media
    Wonosobo Media Network

    Iklan

    Mengenal Ruwatan rambut Gimbal Dieng

    , 15.53 WIB
    KedaiKlenik | Madu Murni Indonesia

     


    Ada sebuah fenomena yang terjadi di tengah masyarakat Dataran Tinggi Dieng yang sampai sekarang tak dapat dijelaskan secara ilmiah. Fenomena tersebut adalah adanya anak-anak yang berambut gimbal. Atau lebih tepatnya, tumbuhnya rambut gimbal atau gembel  pada sebagian anak.

    Para orangtua yang memiliki anak berambut gembel, akan mengadakan ruwat potong rambut gembel secara mandiri, atau mengikutsertakan anak mereka dalam ruwatan secara massal. Ruwatan ini bertujuan untuk menghilangkan sukerta atau marabahaya yang ada pada anak berambut gembel. Proses ruwatan dilakukan dengan pembacaan doa-doa seperti shalawat sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan.

    Kemunculan rambut gembel pada anak, biasanya diawali dengan suhu badan yang naik seperti gejala demam. Tidak ada gejala-gejala fisik lain yang muncul saat itu, selain demam. Setelah demam turun, rambut anak akan mulai saling menempel menjadi rambut gembel atau gimbal. Rambut gembel ini biasanya muncul karena faktor genetik atau keturunan, dimana orang tua yang dulu pernah memiliki rambut gembel semasa kecilnya, anak mereka dimungkinkan ada yang memiliki rambut gembel juga.

    Bagi masyarakat Dieng, upacara Ruwat Rambut Gembel memiliki makna yang sangat sakral dalam kehidupan. Ketenangan hati mereka akan tercapai apabila anak yang memiliki rambut gembel telah diruwat dan dipotong rambutnya. Mereka sangat percaya, bahwa setelah anaknya yang berambut gembel diruwat, si anak tersebut akan terbebas dari marabahaya.

    Anak berambut gembel biasanya bersikap kritis, aktif atau kadang menuntut agar permintaannya dituruti melalui “bebana” manakala yang bersangkutan akan dipotong/diruwat gembelnya.

    Sebagian masyarakat juga mempercayai bahwa anak-anak berambut gembel merupakan keturunan Kiai Kolodete yang diyakini merupakan leluhur masyarakat Dieng yang konon juga berambut gembel, dan mempunyai kesaktian yang luar biasa. Sehubungan hal ini, maka ruwatan harus dilakukan dengan nilai-nilai kesakralan adat tradisi yang berlaku di masyarakat setempat.

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    Yang Menarik

    +