Ilustrasi foto Ki Ageng Suryomentaram |
Wonosobo Media - Tidak hanya Ronggowarsito atau sampai pada Yosodipuro, hingga banyak tokoh Jawa lainnya, dahulu adalah seorang pujangga.
Ada juga seorang tokoh yang bernama Ki Ageng Suryomentaram yang juga seorang pujangga serta telah menapaki suluk atau pejalan sunyi.
Dalam pengertian tertentu ia juga seorang filosof yang memiliki pemikiran yang penuh makna.
Karena ia lahir pada tahun kisaran tahun 18 atau 90an sekian atau memasuki abad 20.
Baca juga: Memahami Kaweruh Jiwa Ala Ki Ageng Suryomentaram
Tokoh ini hidup semasa dengan Hi Hajar Dewantara, bahkan sempat menjadi gurunya Ki Hadjar Dewantara.
Sehingga dikisahkan yang memberi nama Ki Hadjar Dewantara itu Ki Ageng Suryomentaram ini.
Diberi nama Ki Hadjar Dewantara ini karena itu sebuah panggilan untuk mengatakan Ki Hadjar Dewantara ini sebagai Ki Ajar Dewantara.
Kata Ajar ini berasal dari kata yang mengajar atau pada zaman dahulu seorang guru.
Dewantara ini maknanya ya dewa, sehingga menjadi sebuah tafa'ulan seorang guru yang mengajarkan ke-dewataan.
Baca juga: Membaca Konsep Kebahagiaan Ala Ki Ageng Suryomentaram
Seorang guru yang mengajarkan ilmu kerohanian, ilmu tertinggi di Jawa.
Maka dalam salah satu buku dari Ki Ageng Suryomentaram ini, Ki Hadjar Dewantara ini disebutkan salah seorang yang akan mengajarkan ilmu kerohanian yang dimiliki oleh orang Jawa.
Ilmu inilah jika dirunut telah diwarisi sejak lama, tapi secara formatis telah dimulai sejak Walisongo dan sampai ke masa Ki Hadjar Dewantara.
Baca juga: Peran KH Muntaha Al-Hafidz dalam Kemerdekaan
Bahwa Ki Ageng Suryomentaram ini diceritakan juga pernah mendirikan Universitas Kagungan Ndalem Betoro Guru.
Jadi universitas kerohanian ini sudah berdiri yang melanjutkan tradisi Walisongo sudah berdiri.
Rektornya yaitu Ki Hadjar Dewantara, Tukang sapunya yaitu Ki Ageng Suryomentaram, dengan kutipan "ngiras ngirus tukang golek banyu" atau tukang mencari air.
Hal tersebut saking rendah hati dan tawadhu' dari Ki Ageng Suryomentaram dengan memilih diksi tersebut.