![]() |
Festival balon udara Tulungagung 2025 yang dimeriahkan oleh banyak balon dari beberapa daerah. |
Wonosobo Media - Minggu pagi, langit Desa Notorejo, Kecamatan Gondang, Tulungagung, mendadak penuh warna.
Bukan karena pelangi atau drone, tapi karena puluhan balon udara aneka rupa melayang santai di angkasa.
Bukan balon sembarangan, ini adalah hasil kreasi tangan-tangan warga dalam Festival Balon Udara 2025 yang dihelat oleh Polres Tulungagung.
Sebanyak 39 peserta dari berbagai penjuru, mulai dari Tulungagung, Trenggalek, sampai Wonosobo, Jawa Tengah, turut ambil bagian.
Motif balonnya? Jangan ditanya. Ada yang bentuknya menyerupai gunung, ada juga yang mirip kepala tokoh wayang.
Lengkap sudah antara seni, budaya, dan kreativitas warga yang tumpah ruah di udara.
Dari Liar ke Legal: Tradisi yang Dialihkan Jadi Festival
Biasanya, balon udara ini diterbangkan diam-diam saat lebaran, bahkan kadang disertai petasan.
Selain mengagetkan ayam tetangga, kebiasaan ini juga berbahaya bagi keselamatan penerbangan.
Tapi sekarang, tradisi itu dialihkan ke arah yang lebih aman dan legal, tentu dengan pengawasan, jadwal, dan tanpa petasan.
“Ini bentuk edukasi sekaligus ruang ekspresi masyarakat,” ujar Kapolres Tulungagung AKBP Taat Resdi saat ditemui di lokasi.
Menurutnya, dengan acara seperti ini, potensi kreativitas warga bisa tetap terbang tinggi tanpa membahayakan siapa-siapa.
Balon Udara, Seni dari Kertas dan Api
Salah satu peserta, Bustanul Abidin, berbagi cerita di balik layar proses pembuatan balonnya. “Kami butuh dua bulan buat nyiapin ini."
"Balon dari kertas minyak, semua dirakit manual. Tantangannya ya di desain dan daya tahannya, apalagi kalau hujan,” katanya.
Dengan biaya sekitar Rp5 juta, Bustanul dan tim harus patungan demi menyalurkan hobi sekaligus melestarikan tradisi yang makin jarang ditemui.
Tapi buat mereka, ini bukan sekadar kompetisi. Ini adalah bentuk cinta terhadap budaya lokal yang dibungkus semangat gotong royong.
Destinasi Wisata Baru? Bisa Jadi!
Ribuan penonton dari Tulungagung dan sekitarnya tumplek blek menyaksikan festival sejak pagi.
Suasana jadi mirip konser langit terbuka, lengkap dengan tenda, jajanan, dan sorak-sorai anak-anak yang terpesona melihat balon-balon raksasa mengambang di angkasa.
Melihat tingginya antusiasme warga, Pemkab Tulungagung bahkan berencana menggelar edisi selanjutnya pada November 2025.
Harapannya, festival ini bisa jadi agenda wisata tahunan, sekaligus ikon baru bagi Tulungagung.
Festival Balon Udara: Tradisi, Seni, dan Keselamatan
Festival Balon Udara bukan cuma ajang kreatifitas atau tontonan musiman.
Ia adalah cara baru untuk menjaga tradisi tanpa mengorbankan keselamatan. Semoga langit Tulungagung dan langit-langit daerah lain bisa terus diwarnai oleh ide-ide baik seperti ini.
Karena sejatinya, tradisi yang baik adalah yang tetap bisa hidup tanpa membahayakan kehidupan.***