![]() |
Makam KH Sholeh Darat Semarang di kampung pasarean Bergota Semarang. |
Wonosobo Media - Semarang tak hanya menyuguhkan lanskap kota pelabuhan dan keramaian Lawang Sewu.
Bagi sebagian peziarah ruhani, kota ini juga menyimpan jejak-jejak spiritual yang dalam.
Salah satunya di kampung pasarean Bergota, tempat bersemayamnya ulama besar Nusantara.
Entah sudah berapa kali sowan ke kampung pasarean Bergota, tepatnya di maqbaroh KH Sholeh Darat. Selain bagian dari suluk perjalanan sebagai destinasi yang wajib ketika ke Semarang.
Tentu menjadi sebuah dari suluk yang tidak sekadar kata, namun juga menghubungkan rasa, sejarah, dan doa.
'Perkenalan' dengan Mbah Sholeh Darat dulu mungkin sekadar tau nama yang populer menjadi guru dari Mbah Ahmad Dahlan dan Mbah Hasyim Asy'ari.
Nama beliau kerap disebut di pengajian, tapi hanya sebatas pengetahuan permukaan.
Namun ketika baru saja singgah di Semarang beberapa tahun silam, dan seperti mendapatkan notice bahwa ada makam ulama Nusantara yang lebih sepuh dari kedua penggagas ormas Islam NU dan Muhammadiyah.
Masih teringat, ketika dawuh dari seorang guru di Semarang kurang tepat rasanya berpijak atau singgah di suatu wilayah tidak atau bahkan belum ziarah atau sowan kepada 'pancer' di suatu wilayah tersebut.
Selain dengan menghadirkan di setiap lambaran doa, tentu perlu sesekali sowan kepada makam sang pancer wilayah tersebut.
Pada kesempatan kali itu, salah satu yang dijelaskan oleh sang guru ini yaitu untuk paling tidak pernah sekali sowan ke makam KH Sholeh Darat.
Dari dawuh itulah, kurang lebih sekitar 5 tahun silam pada bulan Maret, sebelum pandemi menyerang yaitu menjadi ziarah pertama kali sowan di makam Mbah Sholeh Darat.
Hingga saat ini masih selalu mengistiqomahkan jika menjejakkan kaki ke Semarang untuk suluk sowan di kampung pasarean Bergota.
Sebagaimana diketahui, ziarah sendiri bukan sekadar kunjungan fisik, melainkan pertemuan batin yang menyentuh sisi terdalam.
Seperti mencharger energi batin sebisa mungkin mengusahakan untuk senantiasa nyambung sanad keilmuan, dengan membaca karya beliau.
Selain itu berusaha juga agar bisa produktif sebagaimana karyanya yang banyak dan penuh manfaat.
Sebagai penulis konten, tabarukan atau ngalap berkah dengan KH Sholeh Darat adalah bagian yang perlu, mengambil teladan dari beliau agar juga diberi rezeki melimpah dalam hal karya dan menuangkan ide atau gagasan.
Sekitar malam hari atau pagi hari menjadi waktu yang asyik ketika sowan ziarah di makam KH Sholeh Darat Semarang.
Suasana yang hening, meskipun kampung pasarean Bergota ini yang padat, dan dekat dengan pusat kota, namun di atas bukit untuk sekadar duduk santai, atau membaca atau jika sempat merapal doa doa pun tambah syahdu.
Selepas dari kampung pasarean Bergota ini kita bisa melipir arah jalan Pandanaran atau kembali ke area pusat kota, arah tugu muda, lawang Sewu hingga Simpang Lima.
Atau jika kurang cukup untuk melanjutkan suluk, selain singgah di makam Sunan Pandanaran bisa juga mampir ke daerah Depok atau di makam Mbah Depok.
Cukup parkir, menyebrang jalan raya, membeli kopi Golda atau Nescafe duduk di depan Indomaret, ngobrol ngalor ngidul, dirasa cukup bisa kembali ke kosan. Begitulah tutorial sekilas perihal suluk.
Meminjam ungkapan yang masyhur, perjalanan ini menjadi usaha tipis-tipis bagian dari refleksi diri, perenungan kebutuhan dan nggaya olah hati. Wkw.
Sembari mbombong hati dengan selingan istilah dari ungkapan kawan, "digebuk buku ijone, qobul hajate." Anjay. 😂