Mbah Muntaha sowan Syekh Abdul Qadir Jailani. |
Wonosobo Media - Terdapat kisah menarik sebelum Mbah Muntaha sekitar tahun 2001-an. Kala itu Mbah Mun sempat "rerasan" ngobrol kepada Mbah Dul Basar perihal tarekat.
Mbah Muntaha bertanya kepada Mbah Dul Basar, kalau ingin baiat tarekat dengan siapa.
Sementara Mbah Dul Basar sendiri kala itu berbaiat atau ngaji tarekat atau thoriqoh dengan Mbah Kiai Syekh Nahrowi Ploso Kuning Yogyakarta.
Selepas gurunya wafat Mbah Dul Basar kembali ke Wonosobo dan ndereaken Mbah Muntaha.
Kembali ke Mbah Muntaha tadi ingin berbaiat tarekat meminta saran kepada Mbah Dul Basar sosok kiai yang sepuh untuk berbaiat.
Jawaban dari Mbah Dul Basar, "Simbah niku nggih sepuh yuswane, nggih sepuh keilmuane.." ungkap Mbah Dul Basar.
Lantas selepas rerasan itu, ternyata Mbah Muntaha dengan Mbah Habibullah Idris Kauman sekitar tahun 2001 ziarah ke Baghdad.
Diceritakan oleh KH Habibullah Idris, Mbah Muntaha singkat cerita diberi akses masuk ke makam Syekh Abdul Qadir Jailani dan sekitar hampir 2 jam lebih beliau seperti ngobrol dengan sang sahibul makam.
Cerita itu pun tidak hanya diceritakan oleh Mbah Habibullah Idris, namun juga Mbah Muntaha selepas pulang dari ziarah ke Baghdad juga menceritakan kepada Mbah Dul Basar, bahwa beliau habis sowan Syekh Abdul Qadir Jailani dan sudah berbaiat tarekat langsung kesana.
Kisah seperti ini tentu bisa dianggap subyektif dan mengada-ada, namun bisa diambil pelajaran bahwa Mbah Muntaha memberikan ibarat dengan ketawadhuannya yang sebenarnya kelimuannya telah matang, Mbah Muntaha masih ingin belajar dan mencari guru, khususnya perihal tarekat.
Sehingga belajar kepada siapa saja dan mengambil hikmah di setiap laku atau perjalanan yang ditempuh. Juga tidak ada kata terlambat untuk selalu belajar dan sampai kapan pun. Wallahu a'lam bishowab.