• Jelajahi

    Copyright © Wonosobo Media
    Wonosobo Media Network

    Iklan

    Menelusuri 3 Makam Keturunan Habib Ali di Masjid Riyadh Solo

    , 13.20 WIB
    KedaiKlenik | Madu Murni Indonesia

     

    Menelusuri 3 Makam Keturunan Habib Ali di Masjid Riyadh Solo
    Menelusuri 3 Makam Keturunan Habib Ali di Masjid Riyadh Solo

    Wonosobo Media - Setiap kali haul Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi digelar di Solo, ribuan jamaah dari berbagai daerah datang berbondong-bondong. 


    Masjid Riyadh di kawasan Pasar Kliwon pun berubah menjadi lautan manusia yang larut dalam doa dan shalawat.


    Namun, di balik hiruk pikuk peringatan tahunan itu, ada sebuah ruang sunyi di sisi selatan masjid yang menyimpan sejarah berharga: tiga makam keturunan Habib Ali.


    Tempat ini nyaris tidak pernah sepi dari peziarah, baik di hari-hari biasa maupun saat momentum haul.


    Siapa yang Dimakamkan di Sana?


    Di ruangan kecil tersebut, bersemayam tiga tokoh penting dari keluarga besar Habib Ali:


    Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi – putra kandung Habib Ali yang hijrah ke Nusantara. Beliau pula yang membangun Masjid Riyadh Solo pada tahun 1916 M.


    Habib Ahmad bin Alwi Al-Habsyi – cucu Habib Ali, lahir di Hadramaut sebelum keluarganya menetap di tanah Jawa.


    Habib Anis bin Alwi Al-Habsyi – adik Habib Ahmad, lahir di Solo, yang kemudian dikenal sebagai sosok kharismatik dan guru umat.


    Tiga makam ini bukan hanya tempat bersemayam jasad, melainkan juga jejak dakwah dan perjalanan spiritual yang panjang.


    Sejarah Masjid Riyadh


    Masjid Riyadh yang berdiri megah di Pasar Kliwon didirikan oleh Habib Alwi di atas tanah wakaf dari Habib Muhammad bin Abdullah Al-Idrus. Nama “Riyadh” sendiri diambil dari masjid yang dibangun ayahnya, Habib Ali, di Hadramaut, Yaman.


    Lokasinya yang strategis, tak jauh dari Keraton Surakarta, menjadikan masjid ini bukan sekadar pusat ibadah, tapi juga pusat ilmu, dakwah, dan silaturahmi umat.


    Tradisi Ziarah dan Shalawat


    Setiap malam Jumat, khususnya Jumat Legi, Masjid Riyadh dipenuhi jamaah yang mengikuti pembacaan Maulid Simtuddurar dan shalawat. Suasananya khusyuk sekaligus hangat, memadukan tradisi ziarah dengan penguatan spiritual umat.


    Tak heran, makam Habib Alwi, Habib Ahmad, dan Habib Anis selalu menjadi tujuan utama peziarah. Mereka datang bukan hanya untuk berdoa, tetapi juga untuk mengenang keteladanan hidup para habaib.


    Haul: Titik Kumpul Umat


    Haul Habib Ali di Solo selalu menjadi magnet besar. Ribuan orang datang dari berbagai penjuru Nusantara, bahkan dari luar negeri. Tak hanya ajang doa, haul juga menjadi ruang perjumpaan antara ulama, habaib, dan umat.


    Makam para keturunan Habib Ali di Masjid Riyadh pun kian menguatkan makna haul ini: ada kesinambungan dakwah dari generasi ke generasi.


    Lebih dari Sekadar Pusara


    Keberadaan tiga makam di Masjid Riyadh Solo mengingatkan kita bahwa dakwah bukan hanya soal kata-kata, melainkan juga warisan yang hidup dari generasi ke generasi. 


    Dari Habib Ali hingga anak-cucunya, semuanya meninggalkan jejak yang masih kita rasakan hingga kini.


    Ziarah ke makam-makam ini sejatinya bukan sekadar menyapa jasad yang telah tiada, tetapi juga upaya menyerap nilai, teladan, dan semangat pengabdian mereka.


    Masjid Riyadh Solo bukan hanya bangunan tua, melainkan sebuah pusat sejarah, spiritualitas, dan silaturahmi. 


    Di balik dindingnya, terpatri kisah keluarga besar Habib Ali yang hingga kini tetap menginspirasi.

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    iklan mgid

    Yang Menarik

    +