![]() |
| Acara ngaji post kolonial ini dilaksanakan di Masjid Al Furqon Universitas Sains Al Qur'an, Kamis (23/10) sore. |
Wonosobo Media - Telah digelar sarasehan bertajuk "Ngaji Post Kolonial" yang diinisiasi oleh PC PMII Wonosobo dan PR NU Kalibeber, Mojotengah Wonosobo.
Acara ngaji post kolonial ini dilaksanakan di Masjid Al Furqon Universitas Sains Al Qur'an, Kamis (23/10) sore.
Ngaji tersebut mengangkat tema, “Dekonstruksi Wacana ‘Feodalisme’ Pesantren: Kritik Postkolonial atas Reduksi Epistemik terhadap Kiai dan Pesantren di Indonesia” yang dibersamai oleh Islah Bahrawi.
Sekitar pukul 15.00 WIB kurang, acara ngaji pun dimulai, lantunan ayat suci Al Qur'an dan sholawat solatullah pun dilangitkan dan menggema di Masjid Kampus UNSIQ.
Para audiens yang datang antusias mulai berbondong-bondong mengisi lini masjid Al Furqon hingga serambi depan untuk mengikuti rangkaian acara per acara.
Berderet di depan hingga mlipir di belakang, sembari senderan di saka atau tembok maupun duduk bersila dengan tenang dan khidmat menyimak.
Sambutan per sambutan selasai, hingga disambung dengan keynote speaker oleh KH Muchotob Hamzah.
Mengulas tentang sepak terjang pesantren, hingga organisasi Nahdlatul Ulama dalam kontribusi di negeri.
"Kalau nyiyir sejak dari dulu, sebabnya pesantren pemegang sejarah sejak dari dulu, menjadi wadah pendidikan pertama di Nusantara juga menjadi pahlawan negara." Ungkap Abah Khotob membuka sambutannya.
"Hal ini diakui oleh zaman dan para sejarawan. Perannya jelas, apalagi sampai resolusi jihad."Imbuhnya.
Kemudian memasuki acara inti ngaji post kolonial, dibuka dengan moderator restu Dimas, ngaji sore itu membahas tentang poskolonialisme, hingga isu feodal.
Sang moderator membuka dengan memantik, mungkin kali ini ngaji kali ini agak asing, tapi yang paling mudah dipahami yaitu ngaji ini membahas tentang kejadian pasca kolonial.
Sampai pada lambaran tentang tradisi yang diremehkan, bahkan menganggap tradisi di timur bagian dari keterbelakangan.
Pijakan itu lalu disambung oleh Cak Islah Bahrawi mengawali ungkapan bahwa yang ia sampaikan berani "blakasuta" sebab sedang di kampus.
Bahkan ia juga mengatakan bahwa di dalam ruang akademik adalah ruang tradisi Islam.
"Kita mau melawan menggunakan apa? Jika kita tidak mendalami keilmuan para ulama masa lalu, tradisi lalu.. Ibnu Sina dan pemikir Islam lainnya." Tandas Islah Bahrawi sore itu.
Para pemikir atau filusuf Islam seperti Ibnu Al Farabi juga berkontribusi dalam ranah musik, namun dunia itu, kini sudah hilang dari para pemikiran Islam.
Kini sudah tidak ada yang melahirkan pemikiran seperti Al kindi, Al Farabi dll.
Beberapa pesan yang disampaikan oleh Cak Islah, bahwa kita perlu mempelajari keilmuan para pemikir Islam terdahulu untuk diterapkan di zaman sekarang.
Kita tidak larut dalam perdebatan jangka pendek, tapi perlu dibuktikan dengan keilmuan yang matang, kritis dan mendalam.
Terutama dari segi sains atau pengetahuan yang nyambung dengan arah zaman.***

.jpg)