![]() |
Desa Semen, Wonoboyo Kabupaten Temanggung. |
Jejak Ki Ronggo dan Nyai Semi: Dari Tradisi Nyadran hingga Gotong Royong Jadi Warisan Luhur Desa Semen
Wonosobo Media - Kehidupan penduduk desa Semen umumnya memiliki kehidupan yang sama seperti penduduk desa pada umumnya.
Kehidupan didasarkan pada norma-norma agama dan nilai-nilai luhur Pancasila. Budaya serta adat istiadat juga tidak dapat dipisahkan, karena memiliki peranan yang penting dalam kehidupan penduduk desa Semen.
Pengaruh budaya serta adat istiadat yang diwariskan secara turun temurun juga tidak telepas dari kehidupan masyarakat desa.
Penduduk desa Semen bekerja sama, dan gotong-royong dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu diantaranya seperti kerja bakti yang masih selalu digalakan sampai saat ini.
Penduduk Desa Semen masih tetap menjaga dan memelihara rukun tangga dan rukun warga dengan baik karena masyarakat menyadari bahwa kehidupan yang berdampingan dengan baik akan menciptakan suasana yang rukun dan damai.
Kebudayaan yang Indonesia miliki beranekaragam dan masing-masing daerah memiliki karakteristik yang membedakan antara satu daerah dengan daerah yang lainnya.
Adanya perbedaan karakteristik alam antara satu wilayah dengan wilayah yang lainnya mengakibatkan timbulnya kebudayaan yang berbeda antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain juga.
Kebudayaan ini timbul sebagai akibat dari pola adaptasi masyarakat terhadap alam, dengan adanya kebudayaan maka timbulah sebuah adat kebiasaan atau aturan yang mengatur kehidupan masyarakat dengan alamnya.
Adat kebiasaan ini merupakan tardisi yang dilakukan secara turun temurun. Salah satu adat kebiasaan atau tradisi yang masing dilakukan sampai sekarang yaitu tradisi nyadran.
Dalam pelaksanaan tradisi nyadran kita dapat menumbuhkan nilai sosial gotong royong yang akhir-akhir ini telah mengalami kemunduran.
Pelaksanaan gotong royong dalam tradisi nyadran dapat dilihat dari persiapan sebelum dan setelah pelaksanaan yaitu para anggota masyarakat bersama-sama menyiapkan dan membersihkan tempat pelaksanaan tradisi nyadran.
Para ibu-ibu dapat membantu dengan memasak bersama. Selain itu anggota masyarakat dapat bertemu dan bersilahturami dengan anggota masyarakat lainnya.
Setiap bulan Maulud tiba, masyarakat Desa Semen mengadakan tradisi nyadran dalam rangka khaul ki Ronggo dan Nyai Semi.
Namun berbeda hari pelaksanaannya. Khaul Nyai Semi diadakan pada hari Jum'at awal yaitu Jum'at kliwon, sedangkah khaul ki Ronggo biasanya diadakan pada hari Jum'at pahing pada bulan Maulud.
Dalam prosesinya, warga berbondong bondong membersihkan makam ki Ronggo maupun Nyai Semi pada hari kamis atau satu hari sebelum pelaksanaan khaul.
Kemudian pada hari Jum'atnya masyarakat Kembali ke pesarean atau makam untuk mengirimkan do'a (tahlil).
Setelah selesai, warga berkumpul di salah satu keluarga ki Ronggo dan Nyai Semi untuk melaksanakan kenduri.
Masyarakat membawa satu cething nasi tumpeng dan ingkung ayam untuk selanjutnya mengadakan acara makan bersama.
Warga membaur menikmati hidangan menggunakan wadah daun pisang, bahkan sering kali mereka bertukar makanan satu sama lain.
Ada lagi satu kegiatan pada bulan Maulud selain khaul ki Ronggo dan Nyai Semi.
Kegiatan menarik lainnya yaitu mbedah blumbang, sebuah istilah yang mempunyai arti bersih-bersih sendang Rowo yang diadakan satu tahun sekali yang jatuh pada bulan maulud.
Warga desa bersama-sama menuju sendang membawa alat seperti cangkul dan bendo kemudian membersihkan sendang Rowo.
Tidak sedikit yang Ikut hanya sekedar mencari Ikan dan saling lempar lumpur dengan teman-temannya. Dan acara Ini selalu seru untuk dilkuti.
Upacara adat ini masih dilestarikan di Desa Semen hingga saat ini. Diharapkan melalui acara tersebut, rasa kekeluargaan dan kerukunan dalam bermasyarakat semakin meningkat.
Kegiatan gotong royong dan musyawarah bersama masih dipertahankan dan terpelihara baik dalam berbagai bidang kehidupan, secara khusus dalam proses pengambilan kebijakan serta perencanaan dan pelaksanaan pembangunan desa.***