![]() |
| Liqoi Rabbi: Pernikahan sebagai Perjanjian Agung dan Pertarungan Melawan Diri Sendiri |
Wonosobo Media - Laki rabi, atau liqo'i rabbi, ungkapan Jawa tersebut bukan sekadar otak atik matuk belaka, sebagaimana perjumpaan agung seperti Adam dan Hawa, diri kita, atau orang sekitar kita.
Atau yang telah melaksanakan ibadah panjang salah satunya bernama pernikahan ini tentu berusaha seolah-olah akan beranjak mencontoh dan meneladani dari laku nabi.
Ibadah ini juga disandarkan menjadi bagian dari melaksanakan sunnah kanjeng nabi, jadi secara tindak tanduk tingkah laku ya akan mencontoh perilaku Kanjeng Nabi dengan istrinya.
Terpancar cahaya kasih sayang kepada ummatnya, tentu tidak mungkin tidak melakukan kepada istrinya bukan.
Ibarat jagad alitan dan jagad Ageng, tentu ketika sudah tahapan selesai pada jagad Ageng tentu jagad alitan otomatis mengikuti.
Begitu sebaliknya ketika selesai dengan jagad alitan (selesai dengan diri) maka ketika tandang mengelola jagad Ageng (semesta) urusan yang besar-besar otomatis bisa juga terselesaikan.
Kembali pada liqoi rabbi atau laki rabi ini yang bagian dari tafsir ketika sudah mengatakan dan bertekad kuat perihal perjanjian agung (mitsaqan ghalida) perjanjian suci ini maka ketika bertemu, bergandengan dan hidup bersama pasangan maka tidak mungkin tidak perilaku suluk kehidupannya harus selaras dengan sifat Kanjeng nabi atau mewakili penafsiran-penafsiran, interpretasi yang selaras dengan firman Tuhan dan sifat-Nya.
Jadi ketika diri kita ini agak sedikit melenceng, naluriah umum manusia dengan sifat marah, sedih, sombong, hasud, dll nantinya perlu kesadaran kembali, "ohya, sifat semacam ini tidak dicontohkan oleh Kanjeng Nabi ya," ungkapan batin refleksi diri lagi dan senantiasa memperbarui dan memperbaiki kembali agar selalu pada koridor yang tepat.
Tentunya hal demikian bagian dari proses perjalanan ibadah jangka panjang, kerap kali disinggung sebagai permainan panjang, bahwa tidak hanya sesaat.
Kedua belah pihak antara cewek dan cowok ketika telah sepakat ya saling memahami dan mengasihi, tidak serta nerta selalu cocok dan klop di setiap kejadian, keputusan.
Kerapkali hal yang sederhana saja bisa menjadi agak ribet, begitu pula hal yang biasa jadi luar biasa, tinggal urusan nge-gas ngerem saja sehingga bisa menempatkan posisi yang tepat dan momentum yang pas.
Nahh, sayangnya penulis sendiri masih sekadar ulasan di atas sebagai bagian dari pengetahuan saja, belum pada ranah ilmu yang, ketika berbicara juga melakukannya, khususnya urusan "Rabi" itu yaa wkwkw

