 |
| Porsi Mie Ongklok khas Wonosobo yang nikmat dan bikin nagih,(gmaps/mieongklokbuumi). |
Wonosobo Media - ika datang ke Wonosobo atau habis turun dari Gunung Dieng dengan sendal sobek dan jaket hangat, satu hal yang wajib diingat yaitu perutmu minta diisi.
Tentu jawaban lokalnya bukan nasi, melainkan Mie Ongklok dan sate yang khas, aroma daun kucai, dan sensasi mie empuk yang mampu bikin kamu bilang "mantapnyoo.."
Apa Itu Mie Ongklok?
Bagi yang baru kenal: Mie Ongklok adalah mie khas Wonosobo mudah dijumpai khususnya di daerah Dataran Tinggi Dieng dan sekitarnya.
Mie Ongklok ini disiram kuah khas dan bumbu rempah lokal yang dapat memanjakan lidah siapa saja yang mencicipi.
Kuahnya gak sekadar gurih, tapi juga ada titik kesejukan dan rempah yang bikin badan langsung hangat setelah seharian kedinginan.
Kenapa Para Pendaki Suka?
Efektif! Bayangkan: setelah lelah menaklukkan suhu minus dan tanjakan, satu mangkuk mie panas langsung bikin manja perut secara metafora dan literal.
Hemat! Harga di warung sekitar Rp 8–15 ribuan, tapi rasa, porsinya, dan kehangatan yang didapat jauh dari kata murahan.
Cocok buat yang ketagihan kuah! Porsi mie biasanya 1–2 centong, lalu dituangi kuah kental. Perpaduan ini bikin rasanya “nyantol” di lidah.
Cara Santap Mie Ongklok yang Benar ala Lokal
Aduk kuahnya dulu, biar santan dan rempah merata ke setiap helai mie.
Tambahkan sambal dan kerupuk (biasanya tempe kemul atau gorengan lainnya), karena kuahnya lembut perlu teman yang kriuk.
Seruput pelan, apalagi kalau masih dingin. Ini bukan lomba cepat saji, jangan lupa tambahi sate kelinci atau sapi atau ayam, sesuai selera ya.
Kalau Mie Ongklok itu adalah sahabat sejati para pendaki yang butuh kehangatan.
Rasanya mirip surga di mangkuk yang affordable, dan nendang di selera.
Bumbu lokal, atmosfer murni, dan harga bersahabat sehingga menciptakan pengalaman kuliner yang sulit dilupakan.
Jadi, kalau kamu merencanakan trip ke Dieng atau Wonosobo, siapkan space kosong di perut.
Percayalah, setelah dingin-dingin dan pegal, satu porsi Mie Ongklok itu lebih dari sekadar makan itu healing rasa tradisi lokal yang menenangkan.***
