![]() |
Prosesi pengambilan air suci di beberapa titik mata air di Wonosobo dalam rangka hari jadi Kabupaten Wonosobo ke 200. |
Wonosobo Media - Ada banyak cara untuk bersyukur. Ada yang lewat doa, ada yang lewat selametan.
Ada juga yang lewat air ya, harfiahnya yaitu mengambil air suci dari mata air.
Nah, Kamis, 17 Juli 2025 kemarin, rombongan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo bareng perwakilan Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI), dan sejumlah pimpinan OPD, blusukan ke beberapa titik sumber air di Wonosobo.
Tapi bukan buat ngadem atau ngumbah kaki, lho. Mereka lagi ngelakonin prosesi sakral.
Yaitu pengambilan air suci dari tiga tuk alias mata air yang sudah melegenda di Wonosobo.
Bukan cuma Tuk Bima Lukar dan Gua Sumur Dieng yang jadi langganan pengambilan air suci.
Kali ini, rombongan juga sowan ke Tuk Mudal di Kelurahan Mudal, Tuk Tempurung di Kelurahan Jaraksari, dan Tuk Kaliasem di Desa Gondang.
Tiga tuk ini bukan tuk sembarangan. Sumber mata air ini adalah saksi bisu bagaimana masyarakat Wonosobo sejak dulu hidup berdampingan dengan alam, sambil menjaga adat dan tradisi.
Air yang diambil dari ketiga mata air ini nggak langsung diminum apalagi dijual di Tokopedia.
Airnya bakal disatukan dengan sumber mata air lainnya dalam satu wadah besar, sebagai simbol penyatuan spiritualitas masyarakat Wonosobo.
Iya, kayak sayur lodeh: beda-beda isinya tapi ketemu di satu kuah yang gurih dan menyatukan.
Prosesi ini jadi bagian dari rangkaian perayaan Hari Jadi ke-200 Kabupaten Wonosobo.
Seperti biasa, selain sakral dan khidmat, kegiatan ini juga penuh makna: tentang syukur, pelestarian, dan penghormatan pada kearifan lokal.
Yang bikin adem, kegiatan ini bukan seremoni yang cuma formalitas belaka.
Nggak ada yang pura-pura terharu atau sekadar gaya-gayaan. Ini adalah bentuk penghormatan dan pengingat bahwa alam Wonosobo bukan sekadar pemandangan Instagramable.
Tetapi juga urat nadi budaya yang sudah diwariskan dari generasi ke generasi.
Jadi, kalau kamu lewat daerah Mudal, Jaraksari, atau sekitar Kaliasem, coba tengok mata airnya.
Bayangkan air yang kamu lihat itu jadi bagian dari ritual sakral yang membawa harapan, doa, dan semangat dua abad Wonosobo.
Semoga, rasa syukur itu mengalir terus, sejernih air dari tuk-tuk yang nggak pernah kering.