• Jelajahi

    Copyright © Wonosobo Media
    Wonosobo Media Network

    Iklan

    Adoh Ratu Cedak Watu: Di Mana Peradaban Lahir dari Sebuah Keheningan

    , 16.44 WIB
    KedaiKlenik | Madu Murni Indonesia

     

    Adoh Ratu Cedak Watu: Di Mana Peradaban Lahir dari Keheningan
    Foto: berada di depan Pendopo Kabumian, Kebumen, Jawa Tengah. 

    Wonosobo Media - Perjalanan berikutnya yaitu dilanjut dengan menapaki sebuah daerah yang masih ada ikatan cerita dengan Mataram kala itu.


    Terdapat istilah "Adoh Ratu, Cedak Watu" adalah pepatah Jawa yang berarti "jauh dari raja, dekat dengan batu".


    Ungkapan ini menggambarkan masyarakat yang tinggal di pedesaan, jauh dari pusat pemerintahan atau kerajaan, dan lebih dekat dengan alam (watu/batu).

    Sehingga menyiratkan bahwa masyarakat wilayah tersebut secara tata aturan atau paugeran, pengetahuan tidak sekental seperti orang yang tinggal dekat pusat kerajaan. 


    Tetapi saat ini bisa dimaknai pula, dengan tidak dekat tapi dalam membangun sebuah peradaban tetap berdaya dan bisa bertahan dengan baik.


    Meskipun begitu peran kala itu memang memberikan peran atau kontribusi yang menarik juga, bahkan ada salah satu tokoh pula yang memberikan sesuatu kepada sang raja kala itu singkat kata sebuah obat yang nantinya berkat kontribusinya itu tersemat gelar "Kalapaking".


    Tulisan ini tentu bukan catatan sejarah yang runut, bakal melompat-lompat sepengetahuan penulis, menyesuaikan "dawuh" dari serat, babad, jurnal, atau catatan yang bisa digali dan diselami. Meskipun tidak runut, tapi sebisa mungkin nanti ada keterkaitan yang menarik.


    Paling tidak ada poin-poin, disebuah tempat yang kita kunjungi misalnya, atau kita duduk, singgah ternyata kalau kita sadar ternyata memiliki isi atau jejak sejarah yang menarik, mendalam dan penuh perjuangan dari para leluhur masa lalu.


    Sembari duduk di antara deretan kursi Alfamart, tipis-tipis menyusun tulisan yang bakal untuk memetakan catatan-catatan yang bakal menjadi sebuah catatan "suluk" perjalanan yang bisa kita baca nantinya.


    Kala itu mencoba berkeliling dan menyusuri sebuah tanah lapang yang menjadi pusat kunjungan para masyarakat saat ini mencari hiburan, berolahraga dan hal lainnya.


    Salah satu pemetaan yang seperti template di suatu wilayah tertentu adalah perihal kita sebut alun-alun tentu bakal dekat dengan pasar, pendopo atau tempat pemerintahan dan dekat pula dengan masjid.


    Hal ini seperti sumbu linier di Ngayogyakarta tentang tugu, keraton hingga gunung merapi dan hingga masjid patok negara dan narasi lainnya yang menjadi sumbu imajiner.


    Tentunya bukan sebuah kebetulan saja, hal ini sepertinya telah dikonsep oleh para pendahulu kita saat itu.


    Nah itu baru sekilas, ibaratnya seperti permukaan yang tampak di candra oleh kita, tentunya bakal ada kisah atau catatan yang khas, menarik dan mendalam untuk kita gali kembali.***

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    iklan mgid

    Yang Menarik

    +