![]() |
| Simtudduror dan Rahasia Air dari Jari Nabi: Tentang Cinta yang Tak Pernah Kering |
| Wonosobo Media - Dalam setiap untaian mutiara Simtudduror, tersimpan percikan cinta yang halus, tak hanya kepada Sang Nabi, tapi juga kepada sesama. |
Tiap fasal seolah berdesir di telinga, mengingatkan kita bahwa cinta sejati kepada Rasul bukan di lisan, tapi dalam amal yang menambal kekurangan diri.
Simtudduror ini sebuah untaian mutiara setiap fasal setiap huruf artinya bagian dari mutiara. Sehingga kalau kita ingin barokah amalkan dan laksanakan.
Dengan dibuatnya untaian mutiara sebuah ungkapan cinta kepada Kanjeng Nabi inilah menjadi bagian dari formula untuk menambal kekurangan amal untuk ummat nabi.
Bahkan sang penulis kitab tersebut senantiasa mengutip dan berucap ketika menyapa Kajeng nabi dengan kalimat, Wa qola habibuna Muhammad menjadi bagian dari ungkapan cinta kepada Kanjeng Nabi, tidak langsung mengungkapkan nama.
Tetapi, Mualif kitab Simtuddurar ini senantiasa mengagunggkan dengan kekasih nabi Muhammad. Begitu terekam kecintaan kepada Rasulullah Muhammad Saw.
Selain itu ada kutipan, jadikanlah taqwa kepada Allah sebagai bekal, sebab semulia mulia bekal adalah taqwa kepada Allah.
Dikatakan pula, sang sahibul Simtuddurar adalah adalah orang yang Muhammad sejati di dalam sifat di dalam hakikat, tegak dalam kakinya dalam mengikuti Kanjeng Nabi Muhammad Saw.
Semoga kita dapat meneladani dan meniru tipis-tipis dari peran dan lakunya yang diniatkan golek pantes jadi ummatnya Kanjeng Nabi.
Seperti dikatakan oleh Habib Umar bin Hafidz bahwa, terpadukan pada diri beliau rahasia kewalian para salaf dan para pewaris nabi Muhammad.
Ungkapan lainnya bahwa, telah agung kepada mereka, bersambung sambung dengan orang yang memiliki petunjuk dan jalan yang lurus.
Di antara guru beliau adalah ayahnya dan guru beliau habib Abi bakar bin Thalib bin Attas.
Telah bersambung-sambung pengambilan sanad mereka dalam pengambilan ilmu dan tentunya terhubung atau bersambung dengan Kanjeng Nabi Muhammad Saw.
Sebuah majelis atau momentum tertentu ketika kita berada di dalam hubungan yang erat kepada Kanjeng Nabi maka disitulah terkandung Rahmat dan makna kasih sayang yang sempurna, hal itu diungkapkan oleh habib Umar bin Hafidh.
Majelis semacam ini adalah bagaikan telaga dari Allah yang menghidupkan hati dan jiwa manusia bagi mereka yang masuk dan minum dari telaga.
Hingga beliau ketika mengungkapkan majelis semacam ini, ibaratnya mereka datang ke telaga ini seperti datang untuk menghidupkan hati, jiwa akhlak menjernihkan pikiran dan semuanya minum dari telaga tersebut.
Tetapi di antara yang minum ada yang minum satu teguk, ada yang minum satu genggam ada yang minum satu gelas dsb.
Sebagaimana sahabat Rasulullah ketika dalam perjalanan kepada nabi maka perjalanan mereka kehabisan air, dan datang kepada Rasulullah.
Ya Rasulallah kita kehabisan air dan oleh beliau dijawab air apa yang kalian punya, air itu dikumpulkan ada yang satu mangkuk kecil dan tidak ada lain, maka Rasulullah memasukkan tangannya di mangkuk sampai sahabat mengucapkan Rasulullah melebarkan tangannya di dalam mangkuk kecil itu.
Maka ketika tangan Rasulullah dimasukkan ke mangkuk ada pancaran air dari sela sela jari Kanjeng Nabi hingga meluber tiada henti ditampung oleh Sabahat dan dikumpulkan di wadah bisa untuk masak mandi wudhu dll.
Sehingga sebuah peristiwa tersebut bisa kita ambil hikmahnya dan makna di baliknya.
Tanda orang yang meminum sepuasnya yaitu ketika kita pulang kerumah akhlak kita makin baik, khusnudzon kepada orang lain, luas hatinya bersih ucapannya luhur pandangannya luas tidak ada kebencian tidak ada kedengkian.
Nah itu orang yang sukses hadir di sebuah majelisan, diskusi atau haul hingga forum lainnya yang berlandaskan cinta hingga senantiasa meneladani dari akhlak Kanjeng Nabi.***

