![]() |
| Masjid Baitul Qur’an UNSIQ: Tempat Sujud yang Menyimpan Mushaf Raksasa |
Wonosobo Media - Ada yang menarik berdiri megah di kaki pegunungan Wonosobo.
Kubahnya berkilau, dindingnya memantulkan cahaya pagi, dan dari kejauhan tampak seperti oase spiritual di tengah udara dingin yang menusuk tulang.
Namanya Masjid Baitul Qur’an KH. Muntaha Al-Hafidz, bagian dari Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ) Wonosobo.
Masjid ini bukan sekadar tempat orang sujud. Ia adalah karya besar yang menyatukan cinta, pengetahuan, dan keindahan dalam satu bangunan.
Terdapat di masjid UNSIQ yang satu ini memang menawarkan suasana yang sejuk, teduh, tapi penuh makna.
Sehingga bisa dibilang, Masjid Baitul Qur’an juga punya cerita yang menenangkan.
Masjid yang Lahir dari Doa Panjang
Pembangunan masjid ini memakan waktu 2 tahun, 2 bulan, dan 22 hari.
Angka yang nyaris seperti mantra. Seolah setiap bata yang disusun bukan sekadar pekerjaan tukang, tapi juga dzikir yang pelan-pelan menjelma jadi wujud.
Baitul Qur’an berdiri di lahan seluas 3.200 meter persegi, di kompleks UNSIQ Kampus 2, Krasak, Mojotengah.
Dari luar, arsitekturnya memadukan gaya Andalusia, Turki, dan Jawa dengan gaya yang modern tapi tetap menjejak akar budaya.
Kubah besar memayungi ruang utama, sementara lengkung-lengkung jendela membiarkan cahaya masuk lembut, seperti ayat yang turun satu per satu ke hati.
Lebih dari Sekadar Tempat Sujud
Masjid ini dibangun empat lantai. Lantai pertama dipakai untuk area kuliner dan kegiatan ekonomi kecil sebab, ya, perut juga perlu diisi sebelum rohani diisi.
Lantai kedua menjadi ruang utama shalat.
Lantai ketiga untuk kajian dan kegiatan kampus.
Dan lantai keempat, uni yang paling istimewa menjadi museum dan laboratorium Al-Qur’an Akbar, tempat tersimpannya mushaf Al-Qur’an raksasa karya civitas akademika UNSIQ.
Bayangkan, mushaf besar itu ditulis dengan tangan, huruf demi huruf, ayat demi ayat. Tidak sekadar simbol, tapi bentuk cinta kepada kalam Ilahi.
Ikon Baru Wisata Religi Wonosobo
Letaknya yang strategis di jalur menuju Dieng membuat masjid ini punya potensi jadi ikon wisata religi baru di Wonosobo.
Siapa pun yang lewat bisa mampir, beristirahat, beribadah, dan menikmati suasana religius di tengah udara pegunungan.
Dan bukan cuma soal tempatnya yang indah, tapi juga semangatnya: menjadikan kampus, masjid, dan masyarakat satu kesatuan spiritual.
Bupati Wonosobo pun pernah mendampingi rektor UNSIQ menyerahkan mushaf akbar ke Presiden Joko Widodo sebuah pengakuan bahwa karya dari dataran tinggi ini telah menembus istana.
Sebuah Pengingat: Cahaya yang Tak Hanya dari Kubah
Masjid ini mengingatkan kita bahwa kemegahan bukan sekadar soal tinggi kubah atau luas halaman.
Kemegahan sejati ada pada niat dan arah. Baitul Qur’an UNSIQ bukan hanya bangunan, tapi juga ruang untuk menghidupkan ruh pendidikan Islam yang moderat, terbuka, dan membumi.
Seperti pesan Al-Qur’an yang dihidupi oleh KH. Muntaha Al-Hafidz, masjid ini mengajak setiap pengunjung untuk “membaca” tidak hanya teks kitab, tapi juga alam, kehidupan, dan diri sendiri.
Cobalah mampir ke Masjid Baitul Qur’an ini. Merasakan suasana yang nyaman tenang dan damai.
Datanglah saat kabut turun perlahan, atau ketika matahari sore menembus kaca jendela masjid dan memantulkan cahaya ke lantai marmer.
Di sana, kira mungkin akan sadar bahwa kedamaian tidak harus dicari jauh-jauh. Kadang, ia hanya sejauh langkah menuju sajadah.
Masjid Baitul Qur’an UNSIQ Wonosobo adalah simbol dari cita-cita yang sederhana tapi besar: menjadikan ilmu dan iman bertemu dalam satu ruang.
Siapa tahu, dari lereng kecil di Jawa Tengah ini, cahaya Al-Qur’an justru memancar jauh lebih luas dari yang kita kira.***

