![]() |
| Ilustrasi: berada di komplek makam Mbah Muntaha di Dero Duwur, Mojotengah Wonosobo. |
Wonosobo Media - Terdapat ungkapan yang populer dan meringankan bagi diri kita perihal ngaji dari Mbah Muntaha, yaitu "ngaji o walau sak ayat".
Satu sisi memang bikin enak, menjadi batas minimal, tidak apalah ngaji ora ketang sak ayat wes lumayan.
Padahal pada zaman dahulu Mbah Muntaha memberikan pesan itu kepada santri untuk tidak melalaikan ngaji.
Paling tidak sehari senantiasa melanggengkan ngaji. Tak sekadar ndawuhi saja, namun beliau juga memberikan teladan.
Mbah Muntaha memberikan contoh pula, sampai beliau sepuh pun masih senantiasa melanggengkan nderes, mutolaah ngaji Al-Qur'an dan lainnya, bahkan mengaji kepada seseorang kiai khos juga.
Seperti di tulisan sebelumnya, ketika perjalanan Mbah Muntaha "sowan" Syekh Abdul Qadir Jailani juga menjadi bagian dari gambaran Istiqomahnya Mbah Muntaha dalam mencari ilmu atau berproses di jalan tholabul 'ilmi.
Lantas diri kita ini yang masih mengaku muda, gen Z ini terkadang nyaman dengan kahanan zaman, merasa puas di tahap tertentu.
Membaca dan mendengar hal kisah itu memang menjadi pemantik lagi untuk menegaskan bahwa istilah "ma ziltu tholiban" tak sekadar ungkapan belaka tapi harus ditandangi.

